Ketika kita membicarakan penyebab kanker, sebagian besar orang langsung terbayang rokok, makanan tidak sehat, atau faktor genetik. Namun, satu faktor besar yang kerap luput dari perhatian publik adalah polusi udara. Diam-diam, udara yang kita hirup setiap hari bisa mengandung racun yang meningkatkan risiko kanker, bahkan pada mereka yang tak pernah merokok sekalipun.
Paparan polusi bukan hanya ancaman jangka pendek bagi sistem pernapasan, tapi juga pencetus mutasi sel yang dapat berkembang menjadi kanker. Dalam artikel ini, kita akan membongkar fakta-fakta medis dan ilmiah seputar hubungan antara polusi dan kanker — fakta yang masih jarang dibahas secara mendalam.
Apa Itu Polusi Udara dan Apa Bahayanya?
Polusi udara terdiri dari berbagai zat berbahaya, mulai dari partikulat halus (PM2.5 dan PM10), karbon monoksida, nitrogen dioksida, hingga senyawa organik volatil (VOC). PM2.5, misalnya, adalah partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer — kecil sekali sehingga bisa masuk ke dalam paru-paru dan langsung menuju aliran darah.
Zat-zat ini berasal dari:
-
Emisi kendaraan bermotor
-
Asap pabrik dan pembangkit listrik
-
Pembakaran sampah terbuka
-
Aktivitas domestik seperti memasak dengan bahan bakar padat
Ketika kita menghirup udara yang tercemar, partikel tersebut dapat:
-
Menyebabkan peradangan kronis pada jaringan paru
-
Memicu kerusakan DNA
-
Mengubah struktur genetik yang mendasari proses kanker
WHO: Polusi Udara Adalah Karsinogen Kelas 1
Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO) dan International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan polusi udara sebagai karsinogen kelas 1, sama levelnya dengan asap rokok dan asbes. Artinya, polusi udara terbukti menyebabkan kanker pada manusia.
Jenis kanker yang paling banyak dikaitkan dengan polusi udara adalah:
-
Kanker paru-paru
-
Kanker kandung kemih
-
Potensi kanker nasofaring dan saluran pernapasan atas
Kanker Paru-Paru pada Non-Perokok: Sebuah Misteri yang Terjawab
Satu fakta menarik yang mulai terungkap dalam dekade terakhir adalah meningkatnya kasus kanker paru-paru pada orang yang tidak merokok. Banyak dari mereka tinggal di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi seperti Jakarta, Delhi, atau Beijing.
Studi menunjukkan bahwa wanita non-perokok lebih rentan terhadap efek polusi, terutama jenis kanker paru-paru adenokarsinoma, yang berkembang di bagian pinggir paru-paru dan tidak selalu berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Mengapa wanita lebih rentan?
-
Ukuran paru-paru lebih kecil, lebih sedikit cadangan udara.
-
Lebih sering berada di lingkungan domestik dengan polusi rumah tangga (asap dapur, lilin, pengharum ruangan).
-
Faktor hormonal juga diduga ikut memengaruhi respons tubuh terhadap partikel polusi.
Kota Besar = Risiko Lebih Tinggi?
Tinggal di kota besar memang memberi banyak kemudahan, tapi juga datang dengan risiko paparan polusi kronis. Data dari WHO mencatat bahwa lebih dari 90% populasi dunia hidup di lingkungan dengan kualitas udara buruk — dan sebagian besar dari mereka tinggal di kota berkembang.
Faktor yang memperburuk risiko:
-
Tingginya jumlah kendaraan bermotor tua tanpa standar emisi.
-
Minimnya ruang terbuka hijau.
-
Kurangnya sistem monitoring udara yang memadai.
Efek Jangka Panjang: Tak Terlihat, Tapi Nyata
Berbeda dengan penyakit infeksi yang menunjukkan gejala cepat, dampak polusi bersifat akumulatif. Paparan jangka panjang terhadap udara kotor akan:
-
Melemahkan sistem imun paru
-
Menyebabkan jaringan paru menjadi luka atau fibrotik
-
Menyebabkan mutasi DNA yang tidak bisa diperbaiki tubuh
Hasil akhirnya bisa berupa pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali — ciri khas kanker.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
✅ 1. Ketahui Indeks Kualitas Udara (AQI) Harian
Cek aplikasi atau situs seperti IQAir, BMKG, atau Google Weather. Jika indeks udara buruk, batasi aktivitas luar ruangan.
✅ 2. Gunakan Masker yang Efektif
Masker N95 atau KN95 dapat menyaring partikel halus lebih baik dibanding masker biasa.
✅ 3. Gunakan Air Purifier di Dalam Rumah
Terutama bagi yang tinggal di apartemen atau dekat jalan raya, alat ini membantu menjaga udara tetap bersih.
✅ 4. Tekan Polusi Rumah Tangga
Gunakan ventilasi baik saat memasak, hindari pembakaran sampah, dan pilih produk rumah tangga bebas VOC.
✅ 5. Dukung Kebijakan Ramah Lingkungan
Advokasi dan partisipasi dalam kebijakan publik dapat mempercepat perubahan sistemik, seperti transportasi massal dan pengawasan industri.
Kesimpulan: Saatnya Menjadikan Polusi sebagai Isu Kanker
Selama ini, polusi udara hanya dianggap sebagai penyebab batuk, sesak napas, atau asma. Namun, fakta ilmiah terbaru menunjukkan bahwa polusi adalah pemicu kanker yang nyata dan harus ditangani secara serius, setara dengan rokok atau alkohol.
Kita tidak bisa memilih udara yang kita hirup, tapi kita bisa memilih untuk lebih sadar dan aktif melindungi diri dan lingkungan. Karena menjaga udara tetap bersih bukan hanya tentang kenyamanan — tapi tentang kehidupan dan kesehatan jangka panjang.
Baca juga https://angginews.com/