banner 728x250

Lawang Sewu: Jejak Kolonial di Tengah Semarang

lawang sewu sejarah
lawang sewu sejarah
banner 120x600
banner 468x60

Sejarah & Budaya

Lawang Sewu adalah salah satu bangunan paling terkenal di Semarang, Jawa Tengah. Bangunan yang memiliki nama “Lawang Sewu” (yang berarti “Seribu Pintu” dalam bahasa Jawa) ini bukan hanya terkenal karena keindahannya, tetapi juga karena sejarah panjang yang terkandung di dalamnya. Dari masa kolonial Belanda hingga menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia, Lawang Sewu menyimpan banyak kisah yang perlu untuk diketahui oleh generasi masa kini. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri jejak kolonial yang ada di Lawang Sewu dan bagaimana bangunan ini menjadi bagian penting dalam sejarah Semarang.

banner 325x300

Sejarah Awal Lawang Sewu

Lawang Sewu dibangun pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1904 oleh pemerintah kolonial Belanda. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer, dengan tujuan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api milik Belanda, yaitu Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). NIS adalah perusahaan kereta api yang mengoperasikan jaringan rel di wilayah Jawa dan Sumatra.

Pembangunan Lawang Sewu sebagai kantor administrasi ini dirancang untuk mengesankan kemegahan dan kekuatan pemerintah kolonial. Dengan desain arsitektur yang menggabungkan unsur gaya Eropa, Art Deco, dan beberapa elemen khas Jawa, Lawang Sewu menjadi salah satu contoh arsitektur kolonial yang paling memukau di Indonesia.

Bangunan ini memiliki seribu pintu atau lebih tepatnya banyak pintu dan jendela besar yang tersebar di seluruh bangunan. Itulah sebabnya bangunan ini dikenal dengan sebutan “Lawang Sewu.” Pintu-pintu besar yang ada pada bangunan ini memberi kesan luas dan memberikan sirkulasi udara yang baik, sesuai dengan desain khas zaman kolonial.


Peran Lawang Sewu pada Masa Kolonial

Selama masa pemerintahan kolonial Belanda, Lawang Sewu berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api NIS yang mengatur jalur transportasi kereta api di Indonesia. Perusahaan kereta api ini memainkan peran penting dalam menghubungkan berbagai wilayah di Jawa dan Sumatra, yang membantu dalam pengembangan ekonomi kolonial, terutama dalam hal transportasi hasil bumi.

Pada saat itu, bangunan ini bukan hanya menjadi pusat kegiatan administrasi, tetapi juga menjadi simbol kekuatan kolonial Belanda di tanah Jawa. Mengingat pentingnya peran NIS, Lawang Sewu menjadi pusat aktivitas yang sangat vital dalam sistem transportasi kolonial.

Namun, setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Lawang Sewu berubah fungsi. Bangunan ini sempat mengalami beberapa perubahan peran, termasuk digunakan sebagai markas tentara Jepang selama Perang Dunia II dan bahkan digunakan oleh tentara Indonesia pasca-kemerdekaan.


Lawang Sewu dan Kisah Mistis

Selain dikenal sebagai bangunan yang penuh sejarah, Lawang Sewu juga terkenal dengan berbagai cerita mistis yang menyertainya. Konon, pada masa penjajahan Belanda, bangunan ini menyimpan kisah pilu dan pertempuran yang menambah kesan angker.

Beberapa saksi mata melaporkan mendengar suara-suara misterius, seperti langkah kaki, suara pintu terbuka, dan suara wanita yang menangis. Ada juga kisah mengenai penampakan hantu-hantu yang diyakini merupakan korban dari peristiwa-peristiwa kelam di masa lalu. Salah satu yang terkenal adalah cerita tentang penjara bawah tanah yang konon digunakan oleh tentara Jepang untuk menyiksa tawanan perang.

Seiring berjalannya waktu, cerita-cerita mistis ini semakin berkembang, dan Lawang Sewu pun menjadi salah satu tempat yang populer bagi para pencinta hal-hal mistis dan wisatawan yang ingin merasakan nuansa sejarah yang berbeda.


Arsitektur Megah Lawang Sewu

Salah satu daya tarik utama dari Lawang Sewu adalah arsitektur megah yang menggabungkan berbagai gaya Eropa dan Jawa. Bangunan ini memiliki bentuk yang sangat khas dengan empat sayap yang membentang dari sebuah lorong pusat. Arsitektur ini memadukan gaya Art Deco yang populer pada awal abad ke-20 dengan sentuhan lokal Jawa yang memberikan kesan eksotis namun tetap megah.

Di bagian depan bangunan, terdapat dua menara tinggi yang menjulang, yang seolah menjadi simbol kemegahan dan dominasi kolonial. Menara-menara ini sangat khas dengan jendela-jendela besar yang memberikan pencahayaan alami di seluruh ruangan. Atapnya yang melengkung juga menjadi ciri khas arsitektur Eropa pada masa itu.

Keindahan arsitektur Lawang Sewu tidak hanya terletak pada bangunannya, tetapi juga pada detail-detail kecil yang dapat ditemukan pada kolom, pintu, dan jendela. Semua elemen arsitektur ini menggambarkan keindahan dan ketelitian yang diinginkan oleh pemerintah kolonial dalam membangun pusat kekuasaan mereka.


Lawang Sewu Setelah Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, Lawang Sewu mengalami berbagai perubahan fungsi. Pada masa pasca-kemerdekaan, bangunan ini sempat digunakan oleh berbagai instansi pemerintah, bahkan menjadi tempat penyiksaan oleh tentara Jepang saat penjajahan. Hingga akhirnya, pada tahun 1990-an, Lawang Sewu diserahkan oleh pemerintah kepada PT KAI (Kereta Api Indonesia) sebagai bagian dari upaya konservasi.

Pada tahun 1990-an, Lawang Sewu mulai dijadikan sebagai objek wisata sejarah yang menarik perhatian banyak pengunjung. Pemerintah kota Semarang dan PT KAI berupaya untuk merestorasi bangunan ini dan menjadikannya sebagai tempat wisata yang mendidik sekaligus menarik. Kini, Lawang Sewu telah menjadi salah satu destinasi wisata populer di Semarang, menarik ribuan wisatawan setiap tahun, baik lokal maupun internasional.


Lawang Sewu di Masa Kini: Ikon Wisata Semarang

Saat ini, Lawang Sewu menjadi salah satu ikon wisata yang paling banyak dikunjungi di Semarang. Tidak hanya menawarkan sejarah yang kaya, tetapi juga keindahan arsitektur yang memukau dan suasana mistis yang menarik bagi para pencinta kisah horor. Setiap sudut Lawang Sewu penuh dengan cerita yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Para pengunjung dapat melakukan tur sejarah yang dipandu oleh pemandu wisata yang akan membawa mereka menelusuri lorong-lorong bangunan yang penuh kenangan. Selain itu, Lawang Sewu juga menyediakan berbagai fasilitas bagi wisatawan, seperti galeri foto, museum, dan ruang-ruang pameran yang menceritakan lebih dalam mengenai sejarah bangunan ini.


Kesimpulan

Lawang Sewu bukan hanya sekadar bangunan bersejarah di Semarang, tetapi juga merupakan saksi bisu perjalanan panjang sejarah Indonesia, mulai dari masa penjajahan Belanda hingga perjuangan kemerdekaan. Bangunan ini tidak hanya menyimpan kisah-kisah kelam kolonial, tetapi juga merupakan simbol dari perpaduan budaya, kekuasaan, dan warisan arsitektur yang melegenda.

Dengan segala sejarah, arsitektur, dan cerita mistis yang menyertainya, Lawang Sewu tetap menjadi salah satu destinasi wisata yang harus dikunjungi ketika berada di Semarang. Lawang Sewu mengingatkan kita bahwa setiap bangunan besar memiliki kisahnya sendiri, dan kisah Lawang Sewu adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *